Matahari mengintip
dari garis horizon. Pagi ini sabrina bangun lebih cepat dari biasanya. Karena gelang
biru itu, meski tidak ada hal yang mistis pada akhirnya, namun ia sudah
terlanjur tersugesti suasana mistis. Tidur tak nyenyak hingga membuat kantung
dimatanya. ia membuka semua jendela rumahnya dan membiarkan sinar matahari
masuk seterang-terangnya. Kali ini ia benar benar rindu pada matahari di hari
libur.
Ia membuat
sarapan pagi dan membersihkan rumahnya, merapikan barang-barang vemi yang
bertebaran dimana-mana setelah semalaman vemi membongkar tas untuk mencari
cream malam dari klinik dokter kecantikan ternama di jakarta. Ia melihat kotak
lusuh itu lagi, gelang biru itu masih didalamnya. Ia membukanya untuk kesekian kalinya, kali ini ia lebih berani membukanya
karna sudah pagi. Sebenarnya sudah sejak semalam ia melihat sebuah kertas kecil
yang terlipat sebagai alas dari gelang biru itu di dalam kotak, namun karna
takut ia tidak mengambilnya. Sekarang, karena sudah pagi ia memberanikan diri
untuk mengambil kertas itu dan membuka lipatannya. Di sana tertulis:
GUNAKAN DALAM
KEADAAN TERDESAK
Pikiran sabrina
melayang, bertanya-tanya apakah saat ini sudah terdesak? “ini sejenis gelang
power ranger? Atau alat berubahnya silor moon?” pikiran sabrina ngelantur
kemana-mana. “masa sih ada yang begitu dijaman sekarang?” ia melihat kembali
gelang biru itu dengan seksama, ketika terpapar matahari gelang itu memancarkan
sinarnya. Menyilaukan katanya dan meyakinkannya bahwa gelang ini gelang sakti. Buru-buru
ia menyimpan kembali gelang itu di tempatnya.
Ia berlari
membangunkan vemi dari tidurnya yang pulas. Menggoyang-goyang tubuhnya sampai
vemi bangun. “apaan sih sab.. masih pagi” ujar vemi kesal.
“gelangnya...
gelangnya...” ucap sabrina terburu-buru.
“kenapa
gelangnya?” tanya vemi, matanya masih terpejam dan berbaring di atas kasur.
“gelangnya
ngeluarin sinar!!” ucap sabrina bersemangat.
“lu ngeliatnya
di depan jendela yak?” tebak vemi.
“iya” sabrina
mengakui, namun ia bingung.
“udah ada
matahari kan sekarang?” tebak vemi lagi.
“iya” ucap
sabrina lagi.
“dasar oon, itu
cahaya bentuk pembiasan dari cahaya matahari ke gelang biru lu. Hadooooohhh,
makanya kalo pelajaran fisika jangan tidur. Bisa musyrik kan lo. Syahadat lagi
sono” vemi melanjutkan tidurnya.
“musyrik dari
mana. Bangun lo, noh subuh dah lewat. Sholat!!” sabrina menepuk paha vemi
keras.
“AAAAAA......”
vemi melotot.
“tuh dah ada
nasi goreng” vemi langsung bangun mendengar kata nasi goreng. “makanan aja lu
bangun” gerutu sabrina.