Tinggal di
rumah sendrian tidak membuat sabrina takut, ia sudah terbiasa dengan situasi
seperti ini. Ia bahkan merasa nyaman dalam keadaan seperti ini. Setelah menyelesaikan
sholat magribnya ia memeriksa sampai ke sudut rumah, apakah masih ada sesuatu
yang letaknya tidak sesuai? Ia melihat di dalam lemari ibu nya ada sebuah kotak
tua ber ukuran kecil, tidak terurus dan sedikit lapuk. Ia sangat penasaran dan
mengambilnya. Ia tidak langsung membukanya, ia menyimoannya di dalam laci meja
belajarnya.
Ia menyalakan
televisi dengan suara yang sedikit keras, tujuannya adalah agar dapat terdengar
sampai kesudut rumah, sehingga kemanapun ia berada di rumah itu, ia masih dapat
mendengarkan suara dari televisi dan tidak merasa sendirian. Setelah ia
meletakkan kotak itu kedalam laci, ia mengeluarkan buku PR nya dan
mengerjakannya sambil menonton sembarang chanel televisi. Ia bahkan tidak
melihat acaranya, hanya perlu suara orang-orang yang ada dalam kotak elektronik
itu.
Sebuah pesan
masuk di ponsel nya “sendirian? – vemi”
“iya”
balasnya
“ok. Gw meluncur”
balas vemi tak kurang dari semenit. Ia kembali meneruskan mengerjakan PR nya,
di sebelah bukunya ada sebungkus kacang atom dan beberapa bungkus keripik.
Sekitar 2 jam
berlalu, ia sudah menyelesaikan Prnya, sudah merapikan semua bukunya. Bersiap ke
tempat tidur namun ia sedikit penasaran dengan kotak lapuk yang baru saja di
temukannya. Ia mengeluarkannya dari laci dan memandanginya, memutar mutarnya,
dan mengetuk setiap permukaanya. Semakin dilihat semakin penasaran namun
semakin menakutkan. Akhirnya secepat kilat kotak itu ia masukkan lagi kedalam
lacinya.
“ngapain gw
keluarin tu kotak, kalo ada yang alus-alusnya gimana? Mana gw lagi sendirian? Si
vemi jadi mau dateng apa engak sih nih? Kok belom nongol-nongol” ia bertanya
sendiri, histeris sendiri akhirnya ia buru-buru ke kamar mandi untuk berwudhu
dan menjalankan sholat isya untuk menenangkan pikirannya yang mendadak
mendapatkan atmosfir horor. Setelah melaksanakan sholat isya ia tidak langsung
membuka mukenanya, ia berlama-lama berdoa. Atmosfirnya makin lama makin dingin
dan mencekam saja baginya.
“Ya Allah,
ampuni hambamu yang sudah penasaran dengan hal-hal yang tidak seharusnya
penasaran pada malam hari. Ya Allah hamba-Mu ini tidak seberani artis-artis
film horor yang sengaja berusaha terkenal di dua dunia, dunia manusia dan dunia
alus-alus” lampu dibiarkan meyala, bahkan ia sengaja berdiri untuk menghidupkan
semua lampu yang ada di rumahnya. “Ya Allah, Vemi kapan dateng nya.... ....”
rengeknya di atas sajadah.
“Assalamualaikuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuummmmm!!!!!!”
seru vemi sambil menggedor keras pintu rumahnya.
Itu seperti
pertolongan ilahi, wajahnya mendadak cerah. Ia berlari kencang dari kamarnya
dan membuka kan pintu, tanpa basa basi ia langsung memeluk vemi “vemiiiii.......!!!”
ia berteriak histeris.
“lepasin
lepasin lepasi. Gw ga bisa napas” protes vemi.
Sabrina melepaskan
pelukannya dan kembali ketakutan sendiri. “sebentar,” ia melihat vemi dari
ujung kaki sampai ujung kepala “alhamdulillah masih napak”
“lu pikir gw
hantu?” tanya vemi tidak percaya. Tanpa di persilahkan, vemi masuk kedalam
rumah sabrina menuju kulkas yang ada di dapur, ia mengeluarkan sebotol air
dingin dari dalam kulkas dan langsung meminumnya di botol. “nih bukti gw
manusia. Sembarangan aja kalo ngomong. Tumben amat, biasanya gak takut
sendirian. Dapet penampakan lu di rumah ini? Apa ada hantu yang lebih serem
dari muka lu?” ledek vemi.
Ledekan itu
membuat sabrina yakin yang ada di rumahnya itu adalah temannya, masih manusia. “gw
nemu kotak kecil lapuk gitu, tapi makin di liat makin serem. Bego nya gw malah
gw pindahin tu kotak ke laci di kamar gw” jelas sabrina tergesa-gesa sambil
melepaskan mukenanya.
“wahh
jangan-jangan....” vemi menakutinya dengan ekspresi menakutkan.
“vemi...
pulang lu sono, kalo Cuma mau nakut-nakutin pulang aja” sabrina kesar.
“iya enggak,
enggak. Mana kotaknya.” Sabrina menarik vemi ke dalam kamar dan mengeluarkan
kotak itu. “kotak kecil gini doang yang lutakutin?” tanya vemi tak percaya. “sekecil
gini?”
“udah lapuk
vem, lembab lagi, dingin pula. Pokoknya serem deh” jelas sabrina
“lebay”
mendadak vemi membuka kotak itu tanpa aba-aba. Mata mereka berdua melotot
melihat sebuah gelang biru yang bersinar dari dalam kotak.
“wuaaahhhhhhh”
ucap mereka bersamaan.
“mana
seremnya, yang ada bisa kaya. Batu permata birunya kayaknya bisa di jual mahal”
vemi kagum.
“ga ada
seremnya, ini bagus banget. Kok nyokap ga pernah pake gelang ini ya. Bagus banget
padahal” sabrina tanpa sadar memegang gelang itu dan memutar-mutarnya melihat
ke setiap celah dengan gelang itu. Ia makin tidak percaya ada barang seperti
gelang biru ini di tangannya.
No comments:
Post a Comment