Tuesday, April 4, 2017

GELANG BIRU #5


Tinggal di rumah sendrian tidak membuat sabrina takut, ia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Ia bahkan merasa nyaman dalam keadaan seperti ini. Setelah menyelesaikan sholat magribnya ia memeriksa sampai ke sudut rumah, apakah masih ada sesuatu yang letaknya tidak sesuai? Ia melihat di dalam lemari ibu nya ada sebuah kotak tua ber ukuran kecil, tidak terurus dan sedikit lapuk. Ia sangat penasaran dan mengambilnya. Ia tidak langsung membukanya, ia menyimoannya di dalam laci meja belajarnya.
Ia menyalakan televisi dengan suara yang sedikit keras, tujuannya adalah agar dapat terdengar sampai kesudut rumah, sehingga kemanapun ia berada di rumah itu, ia masih dapat mendengarkan suara dari televisi dan tidak merasa sendirian. Setelah ia meletakkan kotak itu kedalam laci, ia mengeluarkan buku PR nya dan mengerjakannya sambil menonton sembarang chanel televisi. Ia bahkan tidak melihat acaranya, hanya perlu suara orang-orang yang ada dalam kotak elektronik itu.
Sebuah pesan masuk di ponsel nya “sendirian? – vemi”
“iya” balasnya
“ok. Gw meluncur” balas vemi tak kurang dari semenit. Ia kembali meneruskan mengerjakan PR nya, di sebelah bukunya ada sebungkus kacang atom dan beberapa bungkus keripik.
Sekitar 2 jam berlalu, ia sudah menyelesaikan Prnya, sudah merapikan semua bukunya. Bersiap ke tempat tidur namun ia sedikit penasaran dengan kotak lapuk yang baru saja di temukannya. Ia mengeluarkannya dari laci dan memandanginya, memutar mutarnya, dan mengetuk setiap permukaanya. Semakin dilihat semakin penasaran namun semakin menakutkan. Akhirnya secepat kilat kotak itu ia masukkan lagi kedalam lacinya.
“ngapain gw keluarin tu kotak, kalo ada yang alus-alusnya gimana? Mana gw lagi sendirian? Si vemi jadi mau dateng apa engak sih nih? Kok belom nongol-nongol” ia bertanya sendiri, histeris sendiri akhirnya ia buru-buru ke kamar mandi untuk berwudhu dan menjalankan sholat isya untuk menenangkan pikirannya yang mendadak mendapatkan atmosfir horor. Setelah melaksanakan sholat isya ia tidak langsung membuka mukenanya, ia berlama-lama berdoa. Atmosfirnya makin lama makin dingin dan mencekam saja baginya.
“Ya Allah, ampuni hambamu yang sudah penasaran dengan hal-hal yang tidak seharusnya penasaran pada malam hari. Ya Allah hamba-Mu ini tidak seberani artis-artis film horor yang sengaja berusaha terkenal di dua dunia, dunia manusia dan dunia alus-alus” lampu dibiarkan meyala, bahkan ia sengaja berdiri untuk menghidupkan semua lampu yang ada di rumahnya. “Ya Allah, Vemi kapan dateng nya.... ....” rengeknya di atas sajadah.
“Assalamualaikuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuummmmm!!!!!!” seru vemi sambil menggedor keras pintu rumahnya.
Itu seperti pertolongan ilahi, wajahnya mendadak cerah. Ia berlari kencang dari kamarnya dan membuka kan pintu, tanpa basa basi ia langsung memeluk vemi “vemiiiii.......!!!” ia berteriak histeris.
“lepasin lepasin lepasi. Gw ga bisa napas” protes vemi.
Sabrina melepaskan pelukannya dan kembali ketakutan sendiri. “sebentar,” ia melihat vemi dari ujung kaki sampai ujung kepala “alhamdulillah masih napak”
“lu pikir gw hantu?” tanya vemi tidak percaya. Tanpa di persilahkan, vemi masuk kedalam rumah sabrina menuju kulkas yang ada di dapur, ia mengeluarkan sebotol air dingin dari dalam kulkas dan langsung meminumnya di botol. “nih bukti gw manusia. Sembarangan aja kalo ngomong. Tumben amat, biasanya gak takut sendirian. Dapet penampakan lu di rumah ini? Apa ada hantu yang lebih serem dari muka lu?” ledek vemi.
Ledekan itu membuat sabrina yakin yang ada di rumahnya itu adalah temannya, masih manusia. “gw nemu kotak kecil lapuk gitu, tapi makin di liat makin serem. Bego nya gw malah gw pindahin tu kotak ke laci di kamar gw” jelas sabrina tergesa-gesa sambil melepaskan mukenanya.
“wahh jangan-jangan....” vemi menakutinya dengan ekspresi menakutkan.
“vemi... pulang lu sono, kalo Cuma mau nakut-nakutin pulang aja” sabrina kesar.
“iya enggak, enggak. Mana kotaknya.” Sabrina menarik vemi ke dalam kamar dan mengeluarkan kotak itu. “kotak kecil gini doang yang lutakutin?” tanya vemi tak percaya. “sekecil gini?”
“udah lapuk vem, lembab lagi, dingin pula. Pokoknya serem deh” jelas sabrina
“lebay” mendadak vemi membuka kotak itu tanpa aba-aba. Mata mereka berdua melotot melihat sebuah gelang biru yang bersinar dari dalam kotak.
“wuaaahhhhhhh” ucap mereka bersamaan.
“mana seremnya, yang ada bisa kaya. Batu permata birunya kayaknya bisa di jual mahal” vemi kagum.

“ga ada seremnya, ini bagus banget. Kok nyokap ga pernah pake gelang ini ya. Bagus banget padahal” sabrina tanpa sadar memegang gelang itu dan memutar-mutarnya melihat ke setiap celah dengan gelang itu. Ia makin tidak percaya ada barang seperti gelang biru ini di tangannya.

No comments:

Post a Comment